Surprise
YeWook version
Sequel of It’s All about You
Genre: Romance
Warn: Gender Switch, typos, A Remade Story, dll
Disclaimer: standard disclaim
_0o0_
A YeWook Fanfiction
Surprise
Happy reading ^__^
…….
Kau tertidur dengan tenang. Aku menyukainya. Kau sangat manis bahkan
aku ragu bahwa sekarang keadaanku baik- baik saja. Sepertinya aku harus
melakukan tes gula darah karena terlalu banyak menikmati kemanisanmu.
Aku tersenyum, senyum yang hanya padamu ku tunjukan. Mungkin terkesan
sombong, tapi memang hanya kau yang ku ijinkan menikmati senyumku.
Senyum lembut penuh cinta. Cinta yang sangat besar yang aku sendiri tak
bisa mengukurnya.
Terkadang aku tidak menyangka. Rasanya hampir delapan tahun ini semua
seperti mimpi. Mulai dari bertemu denganmu, lalu berteman, menyatakan
perasaan, berkencan, bertengkar lalu berbaikan, berusaha bersama lalu
menikah. Hidup bersama dibawah satu atap. Semua terasa mengejutkan.
Kau itu kejutan terindah dalam hidupku, Ryeowookie.
_YeWook_
Aku mengusap pipimu yang semakin hari semakin chubby saja. Apa begitu banyak makanan yang kau makan tiap hari, eoh?
Aku terkekeh sekarang. Tidur disebelahmu tanpa kau sadari. Kau manjauhiku tiga hari ini dengan alasan konyol.
Aku mengurai surai cokelat kemerahanmu yang terasa sangat lembut,
merapikan rambut bagian depan yang menutupi matamu, mencuri kecupan di
bibirmu, menusuk pipi chubbymu membuatmu melenguh terusik.
Matamu mengerjap perlahan. Aku mengecup keningmu lama.
“Selamat pagi, BabyWook.”
Kau tersenyum sangat manis, “pagi, Ye-.. ugh.. menjauh Yesung!”
Kau mendorongku lalu berlari ke kamar mandi. Aku ikut mengejar namun
tak berani masuk ke dalam. Aku tak mau kejadian kau melemparku degan
botol shampoo seperti kemarin pagi terulang lagi.
Aku cemas. Lagi- lagi kau muntah dan alasan yang paling membuatku bingung adalah..
“Kau bau Yesung!”
Oh, ini sudah hari ketiga kau seperti ini.
“Aku sudah mandi Wook-ah.”
Aku mencoba mendekat namun kau menjauh.
“Tapi kau bau!”
Kau keluar dari kamar.
Aku menghela nafas. Lalu mencoba mencium aroma tubuhku.
Oh, ayo lah.. tidak mungkinkan seorang Kim Jong Woon membiarkan tubuhnya bau?
Aku memakai sabun yang paling wangi dan mahal. Bahkan aku juga
menyemprotkan parfum yang tentu saja mahal. Dan dengan konyolnya aku
menuruti saran Donghae, teman kerjaku, untuk mandi dengan berbagai jenis
bunga.
Tapi kenapa kau selalu mengataiku bau?
Ada apa denganmu Wook-ah?
_YeWook_
Aku sudah selesai dengan pakaian kerja ku hari ini. Tiga hari ini
harus memilih pakaian sendiri, memakai dasi sendiri karena kau enggan
berdekatan denganku. Kecewa memang dan aku tahu kau juga merasakannya.
Aku turun dari tangga menuju ruang makan. Ku lihat kau tengah sibuk menyiapkan sarapan.
“Kau sudah mau berangkat, Yesung-ah?”
Aku tersenyum lalu mendudukkan diri di kursi, “Hn, ada rapat penting pagi ini.”
Aku mengikuti pergerakanmu yang mengambil tempat duduk dihadapanku.
“Maaf hanya bisa membuat roti panggang,” kau menunduk, bersuara dengan lirih sambil memilin ujung piyamamu.
“Tak apa. Apa mual lagi?”
Kau hanya mengangguk lemah, “aku bingung.. setiap mencium bumbu dapur selalu saja mual.”
“Kita ke dokter ya?” tanyaku dengan kekhawatiran yang memuncak.
Kau menggeleng, “kamu kan ada rapat. Nanti biar aku minta temani Sungmin saja.”
Aku hanya tersenyum dan mengangguk. Kau memang sangat pengertian. Aku
menyelesaikan sarapanku. Aku hanya berpamitan dan tak memberimu
kecupanku. Bukan tak mau. Aku hanya tak ingin kecewa karena kau
menolakku lagi.
Haah, ada apa denganmu, Wook-ah?
_YeWook_
Jam 4 sore tepat aku sudah menginjakkan kakiku dirumah. Kau memintaku
pulang lebih cepat untuk makan malam bersama. Heran juga. apa mualmu
sudah hilang?
Aku melangkahkan kakiku masuk ke dalam rumah kita yang tidak terlalu
besar. Kau yang memintanya. Kau bilang, kau tidak suka memakai pengurus
rumah. Kau yang ingin mengurus semuanya.
“Aku pulang.”
“Selamat datang Yesungie~.”
Kau berbalik dari acara masakmu. Pantas kau memasak hari ini. Kau
memakai masker. Lucu melihatmu yang memakai apron biru sekaligus masker.
Sangat imut dan menggemaskan. Aku tahu kau pasti tersenyum sekarang.
Kau memang selalu tersenyum saat menyambutku pulang.
Sambil menunggumu selesai dengan masakanmu, lebih baik aku
membersihkan diri. Membersihkan tubuhku dan yang paling menyebalkan, aku
harus menggunakan parfum walau di rumah sekalipun.
_YeWook_
Aku menyingkirkan piring bekas makan malamku yang sudah kosong.
Masakanmu memang selalu enak. Aku beralih menatapmu yang sedang
menikmati ice cream vanilla cup jumbo.
“Makan nasi Baby!”
Kau mempout bibirmu.
“Kalau makan nasi akan mual lagi~.”
Aku hanya bisa menghela nafas, “kau bilang ingin membicarakan sesuatu. Apa itu?”
Aku mengikuti lagi pergerakanmu yang menghentikan acara makan ice creammu. Kau mendongak, menatapku.
“Apa kau mencintaiku Jong Woon-ah?”
Pertanyaan konyol macam apa itu?
Walaupun jarang mengucapkannya, sudah pasti aku mencintaimu. Sangat malah.
“Tentu saja. Kau kenapa?”
“Apa hanya aku?”
Kau tidak menjawabku dan malah memberiku pertanyaan lagi.
“Iya,, hanya kau yang kucintai.”
Kau tersenyum, membuatku semakin bingung. Ini bukan senyummu yang
biasa. Bukan senyum tersipu saat aku berucap manis –walau hanya sedikit
dan jarang.
“Aku tidak yakin setelah ini aku akan menjadi satu- satunya orang
yang kau cintai Sungie. Karena aku juga begitu. Aku tidak bisa lagi
kalau hanya mencintaimu seorang.”
“A-apa?”
Apa maksudmu?
Kau tidak mencintaiku lagi?
Apa kau punya orang lain selain aku?
“A-apa maksudmu, Baby?”
Raut cemas dan khawatir menyeruak dan terekspresi dengan jelas di
wajahku. Pikiranku kalut. Aku bahkan tak sadar saat kau tiba- tiba
menyodorkan sebuah surat padaku.
Apa ini?
Apa ini surat cerai?
Oh, Kim Ryeowook.. kejutan apa lagi ini?
Ini bukan ulang tahunku atau ulang tahunmu. Ini juga bukan
anniversary pernikahan kita. Kita bahkan baru empat bulan menikah. Ini
bukan hari pertama kita bertemu atau hari pertama kita kencan. Bukan
juga hari valentine. Kau bahkan tak suka merayakannya, atau… itu benar-
benar….
….
…. Surat cerai?
Aku menggelengkan kepalaku. Menghapus segala spekulasi terburuk yang
ku buat. Aku menatapmu yang sekarang malah asyik memakan jeruk.
“Ini apa?”
Kau mendongak, “sudah selesai melamunnya? Huh! Baca saja.”
Aku mengeryitkan dahi.
Kenapa kau jadi acuh begini?
Aku membolak-balik surat di tanganku. Amplopnya kosong tanpa ada
label sebuah kantor urusan perceraian. Ragu, namun ku sobek ujung
atasnya. Membuka perlahan, seolah-olah gerakan slow motion tapi sungguh,
aku takut.
Mataku membulat membaca bagian atas surat. Kop surat rumah sakit.
Mataku nyalang menyusuri setiap huruf yang tercetak dan berhenti di satu
kata yang dicetak tebal.
Positif
Aku mendongak menatapmu yang sudah tersenyum sangat manis.
“Wo-wookie…. k-kau…”
“Hamil.”
Oh, Tuhan.. apa aku salah dengar?
Atau salah baca?
Kejutan apa lagi ini?
Kedua sudut bibirku mau tak mau tertarik keatas. Membentuk lengkungan
bahagia. Tak kuat menahan letupan bahagia ini sendiri, aku beranjak
kasar dari kursiku dan langsung memelukmu erat. Mengucapkan banyak
terima kasih dengan hujaman kecupan di pucuk kepalamu dan seluruh
wajahmu.
Ini kejutan terindah yang lain yang ku dapat.
“Terima kasih Baby.. aku mencintaimu.”
“Aku juga.. aku sangat mencintaimu Yesungie.”
Bibirku hendak mendekat. Namun..
“Ukh.. menyingkir Yesung! Kau ba- ugh..”
Kau berlari, menahan mualmu. Apa ini yang namanya ngidam?
Kenapa ngidammu seperti ini?
Sampai kapan aku seperti ini?
END